DENPASAR - Mengawali turis asing asal Tiongkok yang akan datang berlibur di Bali, membuat oknum pengusaha Biro Perjalanan wisata (BPW) yang merupakan toko oleh - oleh yang kerjasama dengan Biro Perjalanan wisata dengan memberikan Komisi perkepala / beli kepala, yang haus akan 'cuan' (keuntungan) semata tanpa ingin ikut melestarikan apa yang Bali miliki. Kebudayaan adi luhung yang tentu harus dijaga dengan kepedulian pelestariannya, sejatinya harus dimiliki oleh semua pengusaha yang ada di Bali.
Sesuai himbauan Gubernur Bali, toko oleh - oleh tersebut untuk tidak menjual barang - barang kembali seperti latek, sutra yang notabene bukan souvenir dari UMKM Bali.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi, yang sempat kita hubungi mengatakan bahwa akan ikut rapat seperti arahan langsung dari Gubernur Bali untuk tidak mengizinkan praktek gelap tukar kepala yang membunuh UMKM Bali, Sabtu (18/02/2023)
" Kita akan koordinasikan dulu dengan pihak terkait ya, tunggu Senin kita akan sinkronkan dengan instansi terkait baru kita turun ke lapangan, " ungkapnya dalam voice note pesan elektronik.
" Kita akan cek bila dibukanya kembali toko-toko itu (toko oleh-oleh oknum agen wisata), apa barang-barangnya legal atau bagaimana, kita lihat nanti ya "
Wisatawan Tiongkok secara kuantitas tidak bisa dipandang sebelah mata dan selalu menjadi salah satu jumlah wisatawan tertinggi ke Bali.
Rapat yang dipimpin oleh wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) bersama OPD terkait serta para pelaku pariwisata baik dari PHRI, HPI, ASITA, IHGM, BHA dan Kelompok Ahli Pembangunan Provinsi Bali Bidang Pariwisata, tentang Tata Kelola Destinasi Pariwisata Provinsi Bali di Ruang Rapat Praja Sabha, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (20/02/2023).
Isu yang terpenting saat itu adalah terkait dengan kedatangan wisatawan Tiongkok ke Bali.
“Jadi kita harus benar-benar mempersiapkan segala sesuatu, dari segi regulasi hingga penunjang lainnya, sehingga target kunjungan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan daerah bisa terwujud, ” jelasnya.
Ia juga menekankan menyangkut wisatawan Tiongkok dulu adalah masalah “Jual Beli Kepala” wisatawan yang dilakukan oleh sejumlah oknum agen perjalanan di Tiongkok.
Untuk menyongsong dibukanya pasar Tiongkok tahun 2023, ia berjanji akan mengumpulkan pemangku kepentingan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
" Saya juga banyak dengar keluhan itu, tidak hanya masyarakat kita, tetapi wisatawan Tiongkok sendiri "
Ia juga menjelaskan bahwa dari Konjen Tiongkok di Bali, juga mengatakan hal tersebut juga merugikan para wisatawan tidak bisa menikmati Bali dengan baik. (Ray)